Senin, 18 Oktober 2010

'kalau kita bercerai, sayang.....'

Pernikahan saya belum lagi genap 3 tahun, tapi malam ini saya membicarakan tentang perceraian ke Suami.
kami di depan Tv saat itu, saya bersandar di dadanya dan meluncurlah kalimat yang bagi siapapun yang menikah tentu nya akan sangat sangat dihindari.

"kalau kita sampai bercerai yank, aku pengen ayank janji sama aku...."
Suami saya menautkan alis, ga tau ke arah mana pembicaraan saya dan bilang "kamu ngomong apa sih, hon ?"
"iya, kita ga pernah tau sejauh mana kita bisa mempertahankan kebersamaan kita, kita juga ga tau seberapa berat halangan yang bakal kita hadapin, aku cuma pengen mastiin kalau itu sampai terjadi, harta kita tetap selamat" sambung saya cepat.
"maksudnya???" suami makin ga ngerti ucapan saya
"kalau sampai terjadi yank, biar Allah dan kita saja yang tau permasalahan nya. biar buah hati kita ga mendengar hal buruk tentang ayah atau ibu nya, kamu ga pengen khan dibenci anak sendiri? saya juga yank. saya takut." lanjut saya.
Sampai disini suami mulai paham maksud saya.

Saya sendiri pun ga terfikir membahas soal ini kalau tadi pas arisan keluarga ga mendengar curhatan seorang Paman kami. Paman yang usianya lebih separuh abad yang frustasi karena tidak lagi dipedulikan anak-anak dan istrinya.
Paman cerita, tentang sakit hatinya, ketika sang istri melibatkan anak-anak dalam masalah rumah tangga mereka. Bagaimana sang istri yang saat ini memang tak lagi dicintai dan mencintainya, mengumbar semua salah dan perbuatannya kepada anak-anaknya sehingga mereka kini membenci ayah kandung mereka.

saya ga bermaksud membela atau menyalahkan paman & istrinya, tapi mendengar anak membenci orang tuanya, saya sungguh takut.
saya sadar hari ini, cinta suami atau istri bisa layu, bisa berpindah, bisa surut, bisa hilang!!
tapi bagaimana dengan jejak cinta yang pernah ada itu?? bagaimana dengan anak-anak yang terlahir ketika cinta itu sedang bermekaran? haruskah ikut layu, bersamaan dengan gugurnya cinta sepasang suami istri??!

Jujur saya mengkhawatirkan hal itu, saya ga mau buah hati yang saya dan suami hujani kasih sayang tiap harinya, suatu hari berbalik membenci. saya pengen anak anak tetap percaya bahwa ayah ibu nya, orang tua terbaik yang Allah berikan untuk mereka.

usia pernikahan saya, masihlah teramat baru. tapi jika hubungan yang berlangsung berbelas-berpuluh tahun saja bisa goyah, siapa yang tau nasib hubungan saya.
pernikahan mungkin retak tapi saya ingin pastikan jejak cinta kita tetap utuh.

jadi, malam itu saya menatap mata suami dan bilang "janji yank, kalau kita cerai karna kamu yang salah, biar saya aja yang tau, pun kalau saya yang salah, cukup kamu yang tau"
"Ok, aku janji!" kata suami
"saya juga janji..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar